Kemasan Polos Produk Tembakau: WHO Minta Indonesia Bertindak Tegas
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali mengingatkan pemerintah Indonesia untuk segera menerapkan kebijakan kemasan polos pada produk tembakau, sebagai bagian dari strategi global menekan angka perokok. Imbauan ini bukan tanpa alasan—Indonesia masih menempati posisi tinggi dalam jumlah perokok aktif, terutama di kalangan remaja dan anak-anak.
Kemasan polos, atau plain packaging, diyakini mampu mengurangi daya tarik produk tembakau, menekan iklan terselubung melalui desain kemasan, dan memberikan ruang lebih besar untuk peringatan kesehatan.
Apa Itu Kemasan Polos?
Kemasan polos adalah kebijakan di mana seluruh produk rokok dan tembakau dikemas dalam desain seragam tanpa logo, warna merek, atau elemen promosi lainnya. Satu-satunya yang diperbolehkan tampil hanyalah nama produk dalam font dan ukuran standar, serta peringatan kesehatan bergambar dan tulisan yang lebih mencolok.
WHO menyatakan bahwa kemasan polos telah terbukti efektif di beberapa negara seperti Australia, Prancis, dan Inggris, yang berhasil menurunkan konsumsi rokok dan mengurangi ketertarikan anak muda terhadap produk tembakau.
Indonesia Masih Tertinggal dalam Regulasi
Meskipun sudah memiliki kebijakan peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok, Indonesia belum mengadopsi aturan kemasan polos secara menyeluruh. Padahal, dengan populasi besar dan jumlah perokok aktif yang tinggi, Indonesia menjadi salah satu negara prioritas dalam upaya global pengendalian tembakau.
WHO menyayangkan lambannya langkah Indonesia, mengingat dampak rokok yang begitu besar terhadap kesehatan masyarakat dan beban biaya kesehatan negara.
“Tanpa regulasi tegas seperti kemasan polos, upaya pengendalian tembakau akan selalu tertinggal oleh strategi pemasaran industri rokok,” ujar perwakilan WHO dalam pernyataan terbarunya.
Tantangan dan Tekanan Industri
Salah satu hambatan utama penerapan kemasan polos di Indonesia adalah lobi kuat dari industri tembakau. Para pelaku industri berargumen bahwa aturan ini akan merugikan ekonomi, menekan petani tembakau, dan memengaruhi sektor tenaga kerja.
Namun, berbagai studi menunjukkan bahwa kerugian ekonomi akibat rokok dari sisi kesehatan dan produktivitas jauh lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari sektor industri tersebut.
Dukungan Masyarakat Sipil Meningkat
Di sisi lain, sejumlah organisasi masyarakat sipil dan aktivis kesehatan mendukung penuh langkah WHO dan mendesak pemerintah untuk berani mengambil kebijakan progresif. Mereka menilai kemasan polos adalah langkah konkret untuk melindungi generasi muda dari pengaruh adiksi nikotin.
“Kemasan rokok yang penuh warna, elegan, dan menarik jelas bukan hanya untuk pembungkus—itu bagian dari strategi pemasaran yang menargetkan anak muda,” ujar salah satu pegiat pengendalian tembakau.
Saatnya Indonesia Ambil Sikap
Desakan WHO ini menjadi alarm keras bagi pemerintah Indonesia untuk tidak lagi menunda regulasi pengendalian tembakau. Kemasan polos bukan sekadar perubahan desain, tetapi bentuk komitmen negara dalam menyelamatkan jutaan jiwa dari bahaya rokok.
Dengan langkah tegas dan dukungan publik, Indonesia berpeluang menjadi contoh negara berkembang yang serius dalam mengutamakan kesehatan rakyat di atas kepentingan industri.