19 Napi Kabur dari Lapas Nabire: Pengamanan Diperketat dan SOP Dievaluasi
Lapas Kelas IIB Nabire mendadak menjadi pusat perhatian nasional setelah 19 narapidana berhasil melarikan diri dalam sebuah insiden yang mengejutkan pada akhir pekan lalu. Peristiwa ini langsung memicu reaksi cepat dari Kementerian Hukum dan HAM serta aparat penegak hukum setempat, yang kini bekerja keras memburu para pelarian sambil mengevaluasi sistem pengamanan yang dinilai kecolongan.
Detik-detik Pelarian Massal
Peristiwa pelarian terjadi saat jam rawan pengawasan. Menurut keterangan dari pihak Lapas, para narapidana memanfaatkan kelengahan petugas saat pergantian shift untuk membuka akses keluar dari blok tahanan. Beberapa di antaranya diketahui memiliki riwayat kasus kriminal berat.
Hingga saat ini, belum seluruh napi yang kabur berhasil ditangkap kembali, dan pengejaran masih terus dilakukan oleh tim gabungan dari kepolisian, TNI, dan petugas lapas. Penjagaan di titik-titik keluar masuk Nabire pun diperketat, termasuk razia kendaraan di jalan-jalan utama.
“Kami sudah mengantongi identitas dan foto semua napi yang kabur. Tim dibagi ke beberapa zona dan operasi pencarian terus berlangsung selama 24 jam,” kata Kapolres Nabire, AKBP I Ketut Suarnaya.
Evaluasi dan Pengetatan Sistem Keamanan
Menyusul insiden ini, Kemenkumham langsung mengirimkan tim investigasi ke Nabire untuk mengkaji ulang sistem keamanan yang ada. Prosedur operasional standar (SOP) penjagaan dan kontrol rutin di lapas tersebut akan dirombak total, termasuk penggunaan teknologi pengawasan seperti CCTV dan penguatan struktur blok tahanan.
“Kami akui ada kelemahan dalam pengawasan. Ini menjadi pelajaran penting agar kejadian serupa tidak terulang,” ujar Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Reynhard Silitonga, dalam konferensi pers di Jakarta.
Selain peningkatan sarana fisik, Kemenkumham juga berencana menambah jumlah petugas pengamanan dan memberikan pelatihan ulang terkait prosedur darurat serta penanganan kerusuhan.
Respons Publik dan Kekhawatiran Keamanan
Peristiwa kaburnya 19 napi menimbulkan kekhawatiran masyarakat sekitar, terutama karena sebagian dari mereka terlibat dalam kasus-kasus kejahatan berat seperti pembunuhan, perampokan, dan penyalahgunaan narkoba. Sejumlah warga Nabire mengaku menjadi lebih waspada dan berharap aparat bisa bertindak cepat untuk mencegah gangguan keamanan di lingkungan mereka.
“Kami khawatir tidur malam, takut ada napi nyusup ke rumah-rumah. Harusnya keamanan lapas jangan sampai longgar begini,” ujar seorang warga bernama Maria.
Upaya Pencegahan di Lapas Lain
Insiden di Nabire juga memicu langkah antisipasi di berbagai lapas lainnya di Indonesia. Beberapa kepala lapas mulai melakukan audit internal, mengevaluasi titik-titik rawan, dan memperbarui protokol penjagaan harian.
Kejadian ini menjadi alarm keras bahwa sistem pemasyarakatan di Indonesia masih menyimpan celah keamanan serius yang bisa dimanfaatkan oleh narapidana untuk melarikan diri. Pemerintah didesak untuk mempercepat digitalisasi sistem keamanan dan menambah anggaran pengawasan di lapas-lapas berisiko tinggi.
Keamanan Lapas Harus Jadi Prioritas Nasional
Pelarian massal dari Lapas Nabire bukan hanya soal kecolongan lokal, tetapi juga cerminan perlunya reformasi menyeluruh dalam sistem pemasyarakatan nasional. Pengetatan pengamanan dan evaluasi SOP adalah langkah awal yang harus segera diikuti dengan tindakan nyata dan berkelanjutan. Keamanan publik dan wibawa hukum negara tidak boleh dikompromikan oleh kelalaian prosedural.