Unjuk Rasa Ojol di Patung Kuda: Suara Kecil yang Tak Mau Diabaikan Lagi
Suasana kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat, berubah riuh pada hari Rabu kemarin. Ribuan pengemudi ojek online (ojol) dari berbagai wilayah Jabodetabek berkumpul dan menggelar unjuk rasa damai, menyuarakan tuntutan yang sudah lama mereka pendam. Di balik jaket hijau dan helm yang biasa menyusuri jalanan, tersimpan kegelisahan para pekerja digital yang merasa hak dan kepentingannya semakin terpinggirkan.
Jeritan Sunyi dari Jalanan
Unjuk rasa ini bukan yang pertama, namun tetap menjadi pengingat bahwa di tengah pesatnya perkembangan teknologi transportasi daring, masih ada banyak persoalan yang belum selesai. Mulai dari penurunan tarif dasar, ketidakjelasan status kerja, hingga minimnya perlindungan sosial, menjadi isu-isu utama yang dibawa dalam aksi ini.
“Kami bukan sekadar tombol di aplikasi. Kami manusia, punya keluarga, punya kebutuhan,” ujar Rio (32), salah satu peserta aksi yang sudah lima tahun bekerja sebagai pengemudi ojol.
Rio bukan satu-satunya. Ribuan suara serupa menggema di sepanjang jalan Medan Merdeka Barat, meminta keadilan dan perlakuan yang setara dari perusahaan aplikasi maupun pemerintah.
Tuntutan yang Disuarakan
Dalam orasinya, para pengemudi menyampaikan beberapa poin utama tuntutan, antara lain:
• Kenaikan tarif dasar yang adil dan transparan
• Perlindungan hukum atas pemutusan kemitraan sepihak
• Akses terhadap jaminan sosial dan kesehatan
• Keterlibatan driver dalam penyusunan regulasi transportasi online
Para peserta aksi berharap agar pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan dan Kementerian Tenaga Kerja, benar-benar mendengar dan menindaklanjuti aspirasi mereka.
Patung Kuda: Simbol Suara Rakyat
Lokasi unjuk rasa di Patung Kuda bukanlah sekadar tempat strategis. Tempat ini telah lama menjadi simbol suara rakyat yang ingin didengar, dan para ojol memilihnya sebagai panggung agar jeritan mereka tidak lagi terabaikan.
Dengan membawa spanduk, pengeras suara, dan semangat solidaritas, mereka menyuarakan keprihatinan secara tertib. Tak ada tindakan anarkis, tak ada kekacauan—hanya suara kecil yang ingin didengar lebih keras.
Pemerintah dan Aplikasi Harus Duduk Bersama
Di era digital ini, ojek online telah menjadi tulang punggung mobilitas masyarakat. Namun ironisnya, para penggeraknya justru sering kali tidak memiliki kepastian kerja yang layak. Unjuk rasa ini menjadi refleksi bahwa sudah saatnya perusahaan aplikasi, regulator, dan para mitra pengemudi duduk bersama mencari solusi jangka panjang yang berkeadilan.
Unjuk rasa di Patung Kuda bukan sekadar kumpulan massa yang menutup jalan. Ia adalah pernyataan: bahwa di balik layanan cepat dan murah di layar smartphone, ada pengorbanan dari para pekerja yang butuh perlindungan. Suara mereka mungkin kecil dalam hiruk pikuk kota, tapi kini, mereka tak mau lagi diabaikan.